Minggu, 16 Desember 2012

Jenis-Jenis Bank : Bank Sentral

Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue atau bank sirkulasi karena tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya.
Tujuan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral Republik Indonesia diatur secara jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.
Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam undang-undang tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata uang negara lain.
Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa dapat diukur dengan atau tercemin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.
Penetapan tujuan tunggal pemeliharaan stabilitas nilai tukar rupiah dalam undang-undang menjadikan sasaran yang harus dicapai dan batas tanggung jawab Bank Indonesia akan semakin jelas dan terfokus.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang Bank Indonesia mempunyai tiga tugas, yaitu sebagai berikut :
a.   Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
b.  Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
c.   Mengatur dan mengawasi bank.
Pelaksanaan ketiga tugas di atas mempunyai keterkaitan dan karenanya harus dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia antara lain melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan suku bunga dalam perekonomian.


Efektivitas pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem perbankan yang sehat selain mendukung kinerja sistem pembayaran akan mendukung pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter dan efektivitasnya dalam memengaruhi kegiatan ekonomi riil dan mencapai stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung melalui sistem perbankan. Dengan keterkaitan pelaksanaan ketiga tugas secara saling mendukung tersebut, maka pencapaian tujuan Bank Indonesia akan berhasil dengan baik.
Bank Indonesia diberi kewenangan penuh untuk menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi dan untuk melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, sasaran laju inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter yang semula ditetapkan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. (Perry Warjiyo. 2004: hal. 100)
Pelaksanaan kebijakan moneter juga tidak dapat dilepaskan dari sistem devisa yang dianut. Untuk Indonesia, sesuai UU No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Nilai Tukar dianut sistem devisa bebas, yang berarti masyarakat dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa.
Akan tetapi, agar lalu lintas devisa tersebut dapat mendukung pembangunan ekonomi dan tidak menyulitkan pelaksanaan kebijakan moneter, sesuai dengan UU Bank Indonesia diberi kewenangan untuk melakukan monitoring dan mengeluarkan ketentuan kehati-hatian terhadap lalu lintas devisa yang masuk dan keluar Indonesia.

JENIS-JENIS UANG

Uang yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a.   Berdasarkan bahan
1. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari logam.
2. Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari kertas.
b.  Berdasarkan lembaga yang mengeluarkan
1.   Uang Kartal (Chartal = kepercayaan), yaitu mata uang logam dan kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral dan berlaku umum di masyarakat.
2.   Uang Giral (Giro = simpanan di bank), yaitu dana yang disimpan pada rekening giro (demand deposit) di bank-bank umum yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk melakukan pembayaran dengan perantaraan cek, bilyet giro atau perintah membayar. Jadi, uang giral dikeluarkan oleh bank umum.

c.   Berdasarkan nilai
1.   Bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) sama dengan nilai nominalnya. Biasanya berupa uang logam.
2.   Tidak bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) tidak sama dengan nilai nominalnya. Biasanya berupa uang kertas.
d.  Berdasarkan pemakai
1. Internal Value, yaitu kemampuan uang untuk membeli uang atau jasa di dalam negeri.
2. E ternal Value, yaitu kemampuan uang untuk ditukarkan dengan uang asing.

PERMINTAAN TERHADAP UANG

Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk ketiga tujuan meminta uang, yaitu tujuan transaksi, tujuan berjaga-jaga, dan tujuan spekulasi.
Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga mempunyai sifat yang berbeda dengan permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak uang yang diperlukan untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditentukan oleh suku bunga. Apabila suku bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi rendah karena uang telah digunakan untuk membeli surat-surat barharga. Sebaliknya, jika tingkat bunga rendah, permintaan uang untuk spekulasi tinggi karena masyarakat tidak bersedia melakukan pembelian surat-surat berharga dan akan memegang uang.
Permintaan terhadap uang dipengaruhi oleh motif atau alasan rumah tangga menyimpan uang. Menurut J. M. Keynes dalam teorinya Liquidit  Preference ada tiga motif orang menyimpang uang, yaitu sebagai berikut :
1. Motif transaksi (Transaction motive)
Alasan menahan uang didasarkan pada keinginan untuk membiayai transaksi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Motif berjaga-jaga (Precautionar  motive)
Alasan berjaga-jaga adalah alasan untuk menghadapi keadaan darurat dan hal yang terjadi tanpa diduga.
3. Motif spekulasi (Speculative motive)
Alasan spekulasi timbul karena adanya keinginan memperoleh keuntungan berdasarkan ramalan dan penghitungan pada masa yang akan datang.

Persamaan Dasar Akuntansi

a. Pengertian dan Rumusan Persamaan Dasar Akuntansi

Setelah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep dasar akuntansi, marilah kita lanjutkan kegiatan kita dengan penyelenggaraan proses akuntansi. Untuk mempermudah dalam melaksanakan proses pencatatan dan pelaporan, sebaiknya kita mulai dari persamaan dasar akuntansi. Persamaan ini merupakan ringkasan dari pencatatan hasil analisis setiap peristiwa ekonomi atau transaksi keuangan yang terjadi. Coba Anda ingat-ingat kembali pengertian peristiwa ekonomi atau transaksi keuangan yang telah dikemukakan dalam bagian I modul ini! Jika terjadi transakasi  keuangan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada aktiva, hutang, dan modal bukan? Perubahan itulah yang kita ringkas dalam persamaan dasar akuntansi.
Anda telah mengetahui bukan, bahwa kekayaan yang dimiliki oleh suatu organisasi bisnis (perusahaan) disebut asset, harta, atau aktiva sedangkan hak atau klaim terhadap kekayaan tersebut disebut equities atau passiva? Jika aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan sejumlah Rp 10.000,00 maka equities (klaim terhadap asset tersebut) juga senilai Rp 10.000,00.  Hubungan antara dua komponen  tersebut jika digambarkan dalam sebuah persamaan tampak sebagai berikut:

                                                Aktiva  =  Equities

 Rp 10.000,00  = Rp 10.000,00


Di sisi lain, hak atau klaim terhadap aktiva tersebut dapat dikelompokkan  menjadi dua macam, yaitu haknya kreditor dan  haknya pemilik. Hak dari  kreditor disebut hutang (liabilities) dan hak dari pemilik disebut modal (capital/owner’s equity). Dengan demikian pengembangan dari persamaan tersebut menjadi sebagai berikut:

                                                Aktiva = Liabilities + Capital

Dalam persamaan akuntansi, biasanya penyajian liabilities selalu mendahului capital (modal). Hal ini bukan hanya kebetulan saja, tetapi memiliki makna bahwa kreditor memiliki hak terlebih dulu terhadap asset perusahaan dari pada pemilik perusahaan itu sendiri seandainya perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Dengan demikian, hak pemilik terhadap asset perusahaan dapat dirumuskan dalam persamaan berikut:
Capital = Aktiva – Liabilities
Seandainya pada awal pendirian perusahaan, pemiliknya menyetor uang tunai atau benda lain senilai Rp 5.000,00 untuk modal awal usahanya tanpa ada hutang.

MENAPAKI KERINDUAN


Pengarang: Anonim
ketika sinar rembulan pucat
sesosok rindu tanpa sayap
terbang ke langit malam
gelap mata
gelap hati
membuat ia lupa dimana tempat bersinggah
gelap malam menghapuskan arah dan tujuan
sementara,
dingin sunyi menjadi saksi
jiwa-jiwa yang menggigil
terperosok ke ceruk jurang malam
dalam...
sedalam hatimu
debur ombak di Pantai Barat menghantam jiwaku
tapi tak mampu goyahkan sepi
sapaan angin mengajak kabut dingin
menyusupi pori-pori,
merontokkan tulang..,
tapi tak mampu runtuhkan sunyi
sepi tanpa keheningan
sunyi dalam kebisuan
disitu aku terdampar
sendiri
menapaki kerinduan

PERJALANAN INI

Pengarang: Korrie Layun Rampan
Perjalanan ini
menyusuri langsai-langsai kehidupan
menyusuri luka demi luka
menyusuri gigiran abad padang-padang lengang
menyusuri matahari
dan lautan abadi dahsyat sunyi
Perjalanan ini
menyusuri pantai sukma demi sukma
menyusuri geliat urat-urat hari
menyusuri dasar telaga lembah jiwa
dan tanah hitam coklat merah
sepanjang rentangan tali benang-benang nurani
Perjalanan ini
menyusuri perigi dunia terik kering
adalah jiwa kita yang lelah
Perjalanan ini
menyusuri bumi pahit manis dan langit asing
adalah kita yang sempoyongan menyandang berjuta beban
Perjalanan ini
menyusuri hutan bentangan sepi bentangan api
adalah kita yang menyandang luka dan seribu jalan
adalah kita yang mendukung senja dan sejuta salib
hitam

Pengarang: Anonim

entahlah..,
berapa kali harus kuyakinkan dirimu
bahwa rindu yang mengalir dalam darahku adalah rindumu
mungkinkah..,
kau dengar
cerita yang tergelar lewat bisunya malam
itu cerita cinta
tentang kau dan aku
kau tahu
purnama ini begitu indah
walau tak seindah senyummu
yang terakhir kali
masih kuingat
kasih..,
aku lihat senyummu
di antara bintang dan bulan purnama
aku dengar suaramu
lewat hembusan angin dan gesekan daun-daun
tapi rinduku belum juga terobati
kasih..,
apakah hari ini kau simpan rindu
seperti rindu yang menggunung di hatiku..?
ah..,
bila saja mungkin
ingin kulihat cinta di matamu
sekali lagi..!

enjoy cooking....with games, songs, movies




Do you like italian cooking?
We have selected for you some of the best recipes:



the easiest way to browse...in cuisine
Our website aims to present the best recipes and really easy of healthy Mediterranean cuisine, and also the possibility of finding these recipes quickly only with two clicks.

A short introduction…
Our site aims to present the world with a simple and fairly limited selection of recipes from the finest regions in Italy. This is a great challenge we have decided to take on and which could only be motivated by the great passion that stirs our very hearts and minds. The dishes below are, as mentioned previously, typical of the various regions of Italy, and involve a fantastic variety of recipes. We are proud to be considered the country of the healthy “Mediterranean diet”, which we will discuss further on. The Mediterranean diet is also, quite possibly, why we have been classified as the longest-living people in Europe and the second longest-living in the world! But we are digressing. Let us instead browse the site which has been designed to ensure your easy and pleasant surfing experience, in the search of the many dishes which represent only a taste of the many more to come. Our hope is not to bore you but to offer you useful advice that can satisfy your curiosity and, of course, your palate. Happy browsing!

Rabu, 28 November 2012

Menunggumu


Jantung berdetak cepat
Warna dan janji-janji
Bagaimana untuk menjadi berani
Bagaimana saya bisa cintai ketika aku takut jatuh
Tapi menonton Anda berdiri sendiri
Semua keraguan saya tiba-tiba hilang entah bagaimana
Satu langkah lebih dekat

Saya telah mati menunggu setiap hari untuk Anda
Sayang jangan takut Aku telah mengasihi kamu
Selama seribu tahun
Aku akan mencintai Anda untuk seribu lebih

Waktu berdiri masih
Kecantikan di semua dia
Aku akan berani
Aku tidak akan membiarkan sesuatu mengambil
Apa yang berdiri di depan saya
setiap napas
Setiap jam telah datang ke
Satu langkah lebih dekat

Saya telah mati menunggu setiap hari untuk Anda
Sayang jangan takut Aku telah mengasihi kamu
Selama seribu tahun
Aku akan mencintai Anda untuk seribu lebih

Dan sepanjang aku percaya aku akan menemukan Anda
Waktu telah membawa hati Anda kepada saya
Aku telah mengasihi kamu selama seribu tahun
Aku akan mencintai Anda untuk seribu lebih

Satu langkah lebih dekat
Satu langkah lebih dekat

Saya telah mati menunggu setiap hari untuk Anda
Sayang jangan takut Aku telah mengasihi kamu
Selama seribu tahun
Aku akan mencintai Anda untuk seribu lebih

Dan sepanjang aku percaya aku akan menemukan Anda
Waktu telah membawa hati Anda kepada saya
Aku telah mengasihi kamu selama seribu tahun
Aku akan mencintai Anda untuk seribu lebih

Senin, 22 Oktober 2012

Berbahagia Menjemput Kematian



Sumber: Kompas, 29 Januari 2010
Judul: Berdamai dengan Kematian
Peresensi:Ali Rif’an
Penulis: Komaruddin Hidayat
Penerbit: Hikmah
Salah satu fenomena yang pasti dihadapi oleh setiap makhluk hidup adalah datangnya kematian. Menyebut kata kematian seolah membuat orang bergidik merinding. Seakan-akan belum siap, gelisah, takut meninggalkan gegap-gempita dunia ini, dan lain sebagainya. Padahal, siap atau tidak kematian pasti akan datang menghampiri. Di sinilah menjadi tepat kiranya jika Profesor Komaruddin Hidayat mendiskusikan fenomena ihwal kematian.


Secara simplistis, kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus. Kematian tidak berarti berhentinya kehidupan, melainkan perpindahan dimensi waktu dan dimensi alam. Secara metafisis hidup dan kematian adalah tahapan-tahapan agar semakin dekat dengan Tuhan. Oleh karenanya, berbahagialah mereka yang bisa melihat, merasakan, dan berpartisipasi dalam kehidupan ini.
Bagi Pak Komaruddin, ada tiga tonggak penting yang selalu menggurita dalam dimensi fundamental manusia. Yaitu kelahiran, pernikahan, dan kematian. Manusia bisa hidup dan menghirup udara saat ini karena adanya peristiwa kelahiran. Sementara pernikahan terjadi berada di tengah antara kelahiran dan kematian. Pernikahan adalah poros hidup manusia guna menjaga kelestarian generasi pelanet bumi. Dalam alam pernikahan, ada mahligai yang harus disemai, dijaga, dipelihara, dan ditumbuhkembangkan. Pernikahan menjadi aras kebahagiaan sebelum menyongsong kebahagiaan yang hakiki.
Adapun kematian memiliki kemiripan dengan kelahiran. Setiap orang mengalaminya namun tak sanggup menceritakannya. Perbedaannya, kelahirann berada di depan sementara kematian berada di belakang. Kelahiran sesuatu yang tengah terjadi, sementara kematian sesuatu yang akan terjadi.
Ibarat sebuah film atau cerita dalam novel, ending menjadi sangat penting untuk dibuat semenarik dan semenggelitik mungkin. Sebab, penilaian sebuah film atau novel terletak pada endingnya. Bahkan tak jarang para novelis memerlukan waktu berbulan-bulan hanya untuk membuat ending dari cerita novelnya.
Begitu juga dengan manusia. Kematianlah sebagai ending penutup cerita hidupnya. Kematian menjadi penting untuk dipelajari dan disiasati dengan harapan ending dari lembar cerita hidup ini menjadi menarik. Sebab, tak jarang manusia lupa akan ending dalam cerita hidupnya. Mereka sibuk menggarap cerita di dalamnya, namun sepi dari memikirkan ending (kematian)nya.
Tak hanya itu, rasa takut dan pesimis dalam menghadapi ending kehidupan (kematian) juga kerapkali mengiring-iringi dan bersemayam dalam lekuk diri manusia.  Di sinilah buku berjudul: Berdamai dengan Kematian; Menjemput Ajal dengan Optimisme karya Komaruddin Hidayat ini menarik untuk dibaca.
Buku ini menyimpan banyak pesan optimistik untuk menjemput kematian. Dengan bahasa yang santun serta lentur, Pak Komar—begitu sapaan akrab guru besar sekaligus rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta—ini mendedahkan coleteh segar ihwal kematian dengan memakai sudut pandang al-Qur’an.
Ibarat sebuah sungai, muaranya merupakan merupakan pintu gerbang samudra. Begitu pula dengan kematian, ia adalah muara bagi pintu gerbang samudra kehidupan yang luas dan kekal. Untuk itu, kehadirannya haruslah dinanti dengan rasa senang. Lebih dari itu, kehidupan juga diibaratkan sebuah festival yang entah kapan berakhirnya. Peran apa dan bagaimana manusia memaknai posisi di festival ini, mereka sendiri yang menentukan.
Hanya, manusia sering tenggelam dalam panggung festival. Artinya, kalimat “sesungguhnya apa yang kita cari dankejar dari peran sebagai aktor dalam panggung kehidupan ini” sepertinya jarang disematkan pda diri setiap insane manusia. Padahal, jika disadari bahwa masing-masing aktor hanya memiliki waktu terbatas. Peran yang dimainkan, dan nasib yang diterima berbeda-beda. Dari permainan panggung itu, tak terasa waktu mulai senja. Artinya, festival kehidupan tak akan lama lagi pasti berakhir. Sebab, lorong waktu tak kenal mundur. Setiap waktu mendorong manusia bergerak maju.
Pada titik inilah kematian juga disebut sebagai panglima nasihat dan guru kehidupan. Kematian sebagaimana juga kehidupan adalah anugerah ciptaan Tuhan. Kematian dan kehidupan diciptakan untuk mendorong manusia semakin banyak tabungan amal salehnya. Karena itu, memandang kematian dengan penuh kedamaian dan optimistis adalah sesuatu yang perlu terus dilakukan. Hidup adalah anugerah untuk dirayakan dengan mempererat persaudaraan dan memperbanyak amal kebajikan. Untuk itu, memikirkan kematian adalah suatu hal  yang penting dan layak untuk direkomendasikan setiap insan. Artinya, kematian harus selalu diingat dan dipikirkan. Sebab, sedikit saja ia lengah dari memikirkan kematian, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya.
Buku setebal 208 halaman ini sangat layak dibaca siapa saja. Ada pesan moral dan spiritual yang begitu dalam dan kental mengiring-iringinya. Dengan membaca buku ini, kita akan diajak untuk sesekali merenung dan sesekali tersenyum.

Jika Orang Jawa Menjadi Teroris




Sumber: Kompas, 12 Juli 2011
Judul Buku: Orang Jawa Jadi Teroris
Peresensi: Ahmad Faozan
Penulis:  M.Bambang Pranowo
Penerbit: Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta
Tahun: Februari 2011
Tebal: 300 halaman
Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang ramah, santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian disimbolkan dalam perwayangan  dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo, Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan sebagai tokoh yang lemah-lembut dan selalu mengalah.
Sedangkan, Arjuna sebagai tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi maupun perang. Sedangkan, Werkudoro tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang menyerah. Lantas, bagaimana dengan banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah masih pantas orang Jawa di simbolkan dengan Pandawa Lima?
Mayoritas penduduk  Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para Walisongo. Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika banyak kaum radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi kaum kafir seperti orang Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang ada jawa. Bangsa Indonesia, khusunya Jawa  di jadikan sebagai tempat dakwah ideologi radikal. Banyak generasi muda orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di jamin akan masuk surga. Akhirnya, banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang kemudian menjadi teroris akibat di cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam Samudera, Abu Dujana, dan Abu Bakar Baasyir dll.
Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat.. Dan, sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara mengejutkan.  Citra Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di bungkus dengan kebencian dan makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum radikal yang sukses mendapat pengikut banyak di Jawa. Setelah sukses mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di jadikan sebagai tempat pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para gembong teroris tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap hidup-hidup namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati satu tumbuh seribu.
Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow berusaha membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris. Padahal, orang Jawa sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan religius tidak mudah di pengaruhi oleh paham-paham lain yang bertentangan. Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka berdakwah dengan cara-cara picik dan licik.  Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dll di gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan perang dengan orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18)
Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur untuk ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca. Buku yang merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-mana menarik kita baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia khusunya di Jawa.  Dan, menjadikan inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan gerakan teroris di sekeliling kita.
Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku ini terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak kalah pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan komponen masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham terorisme.
Presensi adalah Ahmad Faozan, Santri Pondok Pesantren Tebuireng, kini tinggal di Yogyakarta.