“Kalau
sampai ayah ibu kenapa-kenapa, terus kamu nggak dibolehin sama suamimu keluar
rumah, jangan keluar!”
Kata-kata
keras dari Ayah itu berarti dalam untuk saya, membuat saya memaknainya dengan
pilahan sisi yang tak cukup satu dua.
Saya
tahu dan sadar, seorang istri adalah makmum dari suaminya. Yah tentu saja, itu
berikut kesadaran bahwa sang suami memang seorang imam yang membawa keluarga ke
arah kebaikan di jalan Allah.
Lalu
ketika saya mengetahui ayah saya juga sadar akan hal itu, saya cukup bahagia.
Suatu saat nanti jika memang saya ada dalam posisi patuh terhadap kata-kata
suami, sementara banyak orang justru mencoba membuat saya sangsi, hati saya
bisa tenang karena ayah dan ibu saya ada dalam posisi turut mendukung keputusan
suami.
Di
sisi lain, kata-kata ayah saya tersebut, yang sejalan dengan keyakinan saya,
juga membuat saya menjadi orang pemilih hingga kini. Malam ini saat menelepon
ibu, kembali ibu saya bertanya, sudahkah saya memiliki calon suami?
Untuk
kesekian kalinya saya kembali tersenyum. Dengan tenang dan meyakinkan, saya
coba tenangkan ibu saya tentang mengapa saya tak begitu mudah memilih seseorang
untuk hadir dalam kehidupan saya.
Saat
menikah kelak, bukan lagi kedua orangtua saya yang harus saya patuhi. Sebagai
wanita, suamilah yang menjadi imam saya. Jika suami saya tidak peduli dengan
keluarga saya, kurang memiliki rasa empati terhadap orang-orang yang menjadi
darah daging saya, saya sungguh tidak mau menjadi orang yang harus terputus
atau merenggang hubungan silaturahmi terutama dengan kedua orangtua saya.
Ditambah
lagi watak keras yang saya miliki. Saya sungguh tidak mau di suatu waktu nanti
menjadi istri pembangkang atas apa yang suami saya telah putuskan. Karena yang
saya sadari sejak kini, saya akan patuh pada keputusan siapapun yang menjadi
pemimpin saya asalkan apa yang telah diputuskan adalah sesuatu yang baik dan
memang seharusnya. Saya sangat percaya, Tuhan akan memberikan seorang imam
untuk saya yang mampu mengendalikan watak keras saya dengan keputusan-keputusan
bijaknya.
Telahkah
saya terlalu menjadi sosok pemilih? Biarkan saja siapapun berkata demikian.
Saya seorang hamba yang masih terus berusaha, dan saya hanya percaya Tuhan
dengan segala macam caraNya yang penuh kejutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar